Minggu, 30 Oktober 2011

“JUST ONLY FOR CAKKA”

“JUST ONLY FOR CAKKA”
Kali ini aku berjalan ke kelas sendirian tiada lagi senyuman selamat pagi, tidak ada lagi acara balapan siapa duluan yang sampai ke kelas, dan tidak ada lagi deorang cakka disampingku. Hufft. . . . .
Kosong duniaku tanpa kehadirannya disampingku, aku duduk dikursiku dan seperti biasa melamun sindiri. Hehehehe. . . . Hingga seorangpun datang dan berdiri sejenak di depan pintu kelas.
Hatiku berkata “Akh, mungkin Cuma adek kelas saja atau penjaga sekolah yang mungkin sedang memeriksa kelas.” Karena aku datang terlalu pagi, aku terbiasa datang pagi sengaja supaya bisa bertemu cakka.
Dan orang itu meneruskan langkahnya dan masuk ke kelasku. Ternyata itu cakka, orang yang selalu membuatku berdebar-debar tiapku dekat dengannya, dia berjalan dengan gaya khasnya. Kebetulan dia duduk disampingku, berdekatan denganku. Dia memandangku dengan tatapannya yang tajam dan tanpa sedikitpun senyum ada di bibir mungilnya. Setelah dia pergi meninggalkanku, biasanya dulu dia selalu duduk di dekatku membisikkan kata-kata yang mengocok perutku pagi-pagi. Tetapi sekarang???
Kemana semuanya itu cakka ???? Mana kamu yang dulu ?? Mana senyummu ? Mana tingkah pola kamu yang kocak untuk menghiburku ?? Hah aku selalu menangis tiap mengingat itu semua dan sekarangpun aku menangis di kelas yang sunyi ini.
Tidak lama kemudian sahabatku shilla dating dan melihatku menangis.
“ Kamu kenapa ??” tanyanya padaku.
Seketika itu aku langsung memeluk shilla dengan erat.
“Aku kangen cakka shill, kangen berat. Kenapa semua ini terjadi padaku shill. Apa salahku shilla ??” kataku padanya.
“Sudah,, sudah. Kamu jangan mikirin itu nanti kamu sakit.” Kata shilla sambil tersenyum manis kepadaku, dan bagiku itu seperti obat penawar rasa sakitku pada cakka. Shilla mengajakku ke kantin untuk sarapan dan ternyata disana ada cakka bersama oik(pacarnya sekarang). Aku sempat berbalik badan untuk kembali ke kelas. Aku gak mau ketemu cakka dan liat dia bersama cewek lain dekat banget, tetapi shilla keburu menarik tangganku dan terus mengajakku ke sana.
“Aku mau ke kelas shill.” Kataku.
“Udah, anterin. Aku laper.” Katanya sambil melotot.
“ Iya deh.” Turutku.
Akhirnya kita sampai. Aku berbeda kantin dengan cakka. Tetapi aku bias melihat dengan jelas betapa dekatnya dia dengan oik. Mereka duduk bersebelahan dekat banget hanya berjarak 1cm. Mereka berpegangan tangan dan membuat hatiku terasa terbakar dan entah kenapa aku seperti ini. Padahal cakka itu bukan siapa-siapa aku, Cuma temen dan temen selamanya.
Masih teringat jelas di otakku ketika Pak Duta mengira kami pacaran. Ketika itu.
“Sedang ada pelajaran IPS dan diajar oleh Pak Duta. Aku dan Cakka duduk sebangku, kita selalu bercanda. Waktu itu kita sedang bermain tebak-tebakan dan yang kalah akan dicubit pipinya. Hahahaha. . .
Dan ternyata Cakka tuh bodoh banget dia kalah terus, aku bias puasss nyubitin pipinya yang chubby itu. Sewaktu dicubit Cakka berteriak kencang sekali, sehingga Pak Duta mendengar dan menegur kami.
“Hei kalian berdua !!! dari tadi berisik aja. Ngapain ? Pacaran ya ???” kata Pak Duta dengan nada seram.
Cakkapun menjawab “ Hahaha enggaklah pak, kitakan friend, ya enggak sob” (dia merangkulku dan tersenyum manis) membuatku salah tingkah waktu itu.
“Eh, iya dong pak, kitakan friend. Hehehe.” Kataku gugup.
“Kamu kenapa ? gak klop nih.” Tanya Cakka padaku.
Dan akupun hanya tertawa karena malu.
“Yah, dia malah ketawa.” Kata Cakka padaku.
“Eh, kalian malah diterusin lagi pacarannya.” Kata Pak Duta kepada kami.
Cakka berdiri dan menarikku kedepan kelas.
“Kita enggak pacaran Pak Duta,orang kita temenan ya gak ?” kata Cakka padaku.
“Terus kenapa kalian berisik sekali dibelakang ?” Tanya Pak Duta.
“Tadi kita main tebak-tebakan, terus aku kalah. Aku jadi kena cubit. Sakit banget nih. Bapak kalau enggak percayanih liat merahkan pipiku.” Kata Cakka menunjukka pipinya yang memang memerah ke Pak Duta.
“Sudah, sekarang kalian berdua berdiri di depan kelas.” Kata Pak Duta seram.
Cakkapun tidak setuju “Lah Pak, kitakan enggak pacaran, kok tetap di hukum ?” bela cakka.
“Kalian enggak pacaran, tapi bermain disaat jam pelajaran Bapak. Sudah berdiri !! Kalian saling jewer kuping temanmu!!” Kata Pak Duta.
“Iya iya Pak” kata Cakka sambil memegang telingaku.
Lagi-lagi rasa itu muncul. Rasa yang berbeda dihatiku. Jantungkupun berdegub kencang. Apa Cakka mendengar degupan jantungku ini ? semoga tidak. Dari situlah Pak Duta selalu mengejek kita berpacaran diikuti teman-teman dikelasku.
          Shillapun datang membuyarkan lamunanku.
“Doooooorrrr..!!! mikirin siapa sih ???” tanyanya padaku.
Shillapun melihatku betapa terpakunya pandanganku pada Cakka dan oik.
“Ya ampun. Kamu masih mikirin dia aja. Sudahlah lupain aja dia. Dia juga udah enggak ingat sama kamu lagi. Nyadar gak sih ???” katanya padaku dengan gaya cerewetnya.
“Aku enggak bisa shill ? Aku masih penasaran kenapa dia begini padaku ? Apa salhku shill ???” Lagi-lagi aku menangis dipelukan shilla. Aku merasa Cakka tau tangisanku ini. Karena aku melihat dia mencuri-curi pandangan kearahku dan aku tau itu tetapi dia tetap saja cuek. Dingin….
Shillapun menarikku untuk bertemu dengannya, tetapi aku tetap bertahan di tempatku. Shilla tetap menghampiri Cakka dan berdiri di depannya.
“ Heh !!! loe enggak punya perasaan banget siih. Apa salah temen gue sama loe ?? Jahat banget sia loe jadi orang !!!!” Kata Shilla sambil mendorong Cakka dan cakka hampir terjatuh. Tapi cakka hanya terdiam seribu bahasa.
“Gue tau loe sekarang udah terkenal. Udah jadi artis. Tapi loe enggak bisa kaya gini sama temen gue ngebuang gitu aja dia seperti SAMPAHHH !!! Najiiss gue sma loe..” kata Shilla makin pedas tapi cakka tetap terdiam dan menatapku penuh dengan makna. Aku enggak tau apa maksud dia menatapku separti itu? Tapi yang kelihatannya marah itu oik. Dia segera berdiri di depan shilla.
“Eh, loe enggak bisa kayak gini sama pacar gue, bentak-bentak dia !!!” katanya kepada shilla.
“woii hello….. harusnya loe nyadar, loe udah membuat persahabatan seseorang hancurrr enggak kesisa !!! nyadar loe cewe sialan !!!” kata shilla melototin oik.
“apa loe bilang ?? loe tuh dasar jablay sama kayak temen loe tuh.. Dianya aja kali yang emang enggak pantes temenan sama orang udik kaya dia !!! hhiihhh. . .” kata oik memanas.
“ Eth, ngomong apa loe cwe sialan ?? mati loe sma gue. . .” kata shilla mendorong oik hingga terjatuh dan oik menangis.
“Cakka, tolongin aku dong, malah diem aja.” Kata oik pada Cakka.
“Hahahaha. . .  Pacar loe aja malah diem. Kasiian deh…” kata shilla tertawa.
          Cakka segera berdiri dan menarik oik pergi. Shilla merasa kesal. Aku segera menghampiri shilla dan mengajaknya ke kelas.
          Sesampainya di kelas, aku kembali melamunkan Cakka. Shilla cemberut saja melihatku seperti itu.
“Makan yuk !” ajak shilla.
“Gak” jawabku.
“Kalau gitu, main yuk.” Ajak Shilla lagi.
“Gak” jawabku lagi.
          Karena kesal shillapun pergi meninggalkanku yang masih saja memikirkan Cakka. Hingga beberapa saat kemudian Cakka datang. Dia duduk di bangkunya membuka buku dan membaca. Entah dia membaca beneran atau tidak, aku tak tau. Sesekali aku lihat kedua matanya yang tajam seperti elang melihat kea rah diriku. Terlintas di otakku untuk meminta maaf kepadanya, tetapi aku tidak mempunyai keberanian untuk berbicara, tapi apa salahnya untuk mencoba. Aku segera berdiri dan berjalan selangkah demi selangkah ke arahnya, hingga aku sudah ada di depannya. Dan aku duduk di hadapannya, tetapi dia tetap saja sibuk membaca. Aku mulai berbasa basi kepadanya.
“Hmmm,, Cakka.” Panggilku tetapi dia tetap tidak menjawab.
“Kamu lagi baca ya ?? baca apa ???” tanyaku lagi.
“Buku.” Jawabnya singkat.
“Buku apa ?” Tanyaku. Dia menatapku sejenak dan kembali membaca.
 “Hmm,, Cakka…” panggilku lagi.
“Aku minta maaf yaaa…” kataku lagi. Mataku seketika memerah dan cakka menatapku lagi dengan tajam. Dia menatapku terus tanpa ada suara keluar dari bibirnya.
“Tolong maafin aku yaa..” kataku yang mulai menangis. Cakka hanya terdiam dan mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah sapu tangan bertuliskan nama kita berdua. Aku ingat sapu tangan itu. Itu hadiah Ulang Tahunku pada Cakka. Waktu dia berulang tahun dulu, aku masih ingat ekspresi wajahnya waktu itu saat mendapat sapu tangan ini. Tapi mengapa dikembalikan padaku. Apa maksudnya ??
          Cakkapun memegang tanganku yang dingin, dan menaruh sapu tanganitu di tanganku dan pergi begitu saja. Hatiku saat itu tidak karuan tanpa terasa air mata mulai jatuh di pipiku. Akupun menyekanya dengan sapu tangan itu.
Hingga  shillapun datang.
“Eh, aku punya kabar untuk kamu.” Katanya kepadaku.
“Kabar apa ?” Tanyaku.
“Kamu kenal Obiet  engga kelas 8b ??” Tanya shilla balik.
“Kenal, sahabatnya Cakkakan ??” kataku.
“Iya” jawab shilla.
“Kenapa emang ?” tanyaku lagi.
“Katanya oik tuh playgirl, dia itu macarin cwo-cwo cakep-cakep gitu. Dan parahnya dia macarin cakka tuh bukan karena sayang.” Kata shilla ngegosip.
“Terus ??” Kataku penasaran.
“Nah, dia macarin Cakka cuma buat dapetin obiet.Dia suka banget sama Obiet jadi dia manfaatin cakka sahabatnya obiet buat dapetin obiet.” Katanya panjang lebar. Hatiku makin enggak karuan terhadap cakka. Aku berhari- hari enggak mau makan, minum, dan bermain. Hingga badanku menjadi kurus dan selalu pucat. Aku selalu bermain bersama shilla dan teman-temannya meski aku tidak kenal dengan mereka, karena waktu dulu temanku Cuma cakka. Cuma dia yang selalu menemaniku. Soalnya aku anak orang miskin. Tapi setelah cakka meninggalkanku aku tidak punya siapa-siapa lagi. Hingga shilla datang dan menemaniku sampai sekarang.
          Bel pulangpun berbunyi. Aku pulang bersama shilla. Tapi di gerbang ada Cakka dan Oik sedang berpegangan tangan dan sangat mesra. Hingga aku tidak kuat dan meminta izin kepada shilla untuk ke WC, dan shilla pulang duluan. Di WC aku menangis dan terus menangis.
“Ya tuhan…. Kenapa sakit banget perasaan ini. Aku gak kuat ya allah. Dari pada aku begini terus. Engkau cabut saja nyawaku. Andaikan Cakka tau aku di sini sangat sakit dan merindukannya. Tapi itu hanya khayalanku saja.” Kataku sambil menangis.
          Kepalaku sakit sekali. Akupun keluar dari WC, lalu berjalan pulang tetapi masih ada Cakka dan Oik. Aku sangat bingung harus ngapain lagi. Akupun ikut bersama murid-murid yang sama sekali tidak ku kenal sehingga mereka melihatku sinis.
          Sesampainya dirumah hanya cakka, cakka, cakka, dan selalu cakka yang aku pikirkan. Aku mengunci diri dikamar. Pikiranku hanya tertuju pada suatu hal yaitu cakka. Badanku demam, kepalaku pusing, lemas sekali badanku harei ini.
“Cakka apa kamu tau, betapa tersiksanya aku disini tanpa kamu. Oik itu enggak baik dia mau manfaatin kamu. Tapi mana mungkin kamu mendengar rintihanku ini.” Kataku seraya menangis. Hidupku aku kerjakan Cuma dengan mikirin cakka dan juga menangis. Aku pun tidak tahan lagi. Aku harus minta maaf ke cakka. Akupun bergegas pergi ke studio milik cakka. Aku tau hari ini jadwal cakka latihan dan kebetulan rumahku juga enggak terlalu jauh dengan studio miliknya. Aku berjalan dan terus berjalan. Meski aku merasa aku sudah tidak kat lagi untuk berjalan.
          Dengan perjuangan yang keras, akupun sampai di depan studionya. Tetapi sialnya ada satpam yang melarangku untuk masuk karna band SIB sedang latihan.
“Aku mohon pak, Aku ingin bertemu dengan Cakka. Dia sahabatku. Aku ingin meminta maaf padanya.” Mohonku yang hanya memiliki sedikit kekuatan.
“Maaf dek, Cakka di dalam sedang latihan, dan adek jangan ngaku-ngaku. Mana mungkin Cakka memiliki sahabat seperti kamu. Gembel !!!” Hina satpamitu kepadaku. Akupun menerobos masuk tetapi tidak bisa.
          Hingga iel,ify,zeva,ray,Alvin,debo dan agnipun keluar dan menatapku sinis.
“Tuh pak, mereka udah selesai. Aku masuk ya !” kataku seraya berlari masuk dan aku berhasil masuk. Aku melihat Cakka tengah sibuk dengan gitarnya.
“Cakka..” Panggilku. Tetapi dia tetap saja sibuk. Aku berjalan selangkah demi selangkah ke arahnya.Aku duduk di depannya dan menangis.
“Cakka aku minta maaf sama kamu.”kataku menangis dan menatap wajah cakka. Tetapi dia tetap saja diam dan asyik dengan gitarnya dan entah kenapa bibir merahku ini mendaratkan ciuman ke pipi cakka dan membisikkan kalimat “Aku sayang kamu” setelah itu dengan tubuh yang lemas tanpa ada tenagapun aku pergi meninggalkan cakka, tapi cakka segera menyusulku dan menarik tanganku, namun tuhan berkata lain. Aku terjatuh di pangkuan cakka dan tuhan telah mencabut nyawaku.
Cakka memelukku dan menangis.” Maafin aku, aku minta maaf banget sama kamu. Aku enggak mau kehilangan kamu. Aku mohon kamu bangun.” Kata cakka menangis dan mencium keningku.
          Sementara aku hanya terbujur kaku dengan linangan air mata di ujung mataku dan mungkin menjadi air mata terakhirku untuk cakka.
          Setelah itu cakka menjadi depresi, selalu melamun dan setiap hari datang kemakamku membawakan bunga, kadang dia bercerita kejadian disekolah. Pokoknya dia seperti orang gilayang ngomong sendiri. Kadang dia juga selalu meneteskan air mata di atas pusara makamku.
“Ini air mataku, akan selalu kuteteskan untuk kamu. Mungkin air mataku ini tidaklah mampu mengganti banyaknya air mata yang kamu keluarkan untukku. Maafkan aku yang selama ini mengacuhkanmu, nyuekin kamu, ataupun nganggep kamu enggak ada. Itu semua ada alasannya, Aku ini mengidap penyakit leukemia stadium akhir. Aku enggak mau, Terlalu membuat kamu sedih dan menangis karena kehilangan aku…. Oleh karena itu, aku ingin kamu membenci aku. Supaya jika nanti aku pergi dari dunia ini kamu enggak terlalu mikirin aku. Tetapi ?........” kata cakka menangis.
“Aku enggak nyangka bakal kayak bgini, kamu duluan yang menghadap tuhan. Aku harap kita bias bertemu nanti di surge. Tenang saja, waktuku tinggal sedikit lagi kita pasti akan ketemu aku janji. Aku punya lagu buat kamu, dengerinyaaa…





          Takkan pernah habis air mataku…
          Bilaku ingat tentang dirimu…
          Mungkin hanya kau yang tau…
          Mengapa sampai saat ini aku masih sendiri…
                   Adakah disana kau rindu padaku ?
                   Meski kini kita ada di dunia berbeda…
                   Bila masih mungkin…
                   Waktu ku putar…
                   Kan ku tunggu dirimu…
Reff:  Biarlah kusimpan…
          Sampai nanti aku…
          Kan ada disana…
          Tenanglah dirimu…
          Dalam kedamaian…
                   Ingatlah cintaku…
                   Kau tak terlihat lagi…
                   Namun cintamu abadi…
Begitulah kisahku. Beberapa kemudian cakkapun akhirnya menyusulku, karena penyakitnya yang berbahaya. Sebenarnya cakka anak orang kaya dan mungkin bias untuk sembuh, tapi karena dia sudah enggak ada semangat hidup, dia menolak untuk berobat dan minum obat. Aku berharap semoga enggak ada “AKU” yang lain lagi yang harus merasakan sakit karena dibuang oleh orang yang sangat kita sayangi dan semoga enggak ada cakka-cakka yang lain lagi yang tega ngebuang dan ninggalin sahabatnya sendiri yang selalu ada buat dia dan merasakan penyesalan yang hebat.
Akhir cerita cakka dimakamkan bersebelah denganku karna permintaan cakka sendiri. Kita berdua hidup abadi bersama disana. Semua aku berikan “JUST ONLY FOR CAKKA IS THE TRUE LOVE”

--------------------------------THE END--------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar